Pelarut
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Pelarut
aprotik
Pelarut ini tidak menerima maupun memberi
proton dan dalam keadaan ini bersifat netral, tidak bereaksi, tetapan
dielektriknya rendah, tidak terurai menjadi ion-ion dalam sistem pelarut,
hingga ia tidak bereaksi baik dengan asam maupun basa. Pelarut Contohnya,
kloroform, toluen, CCl4, hidrokarbon. Pelarut aprotik berguna unutuk
mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut.
2)
Pelarut
protofilik
Pelarut yang bersifat dapat menerima proton
dari zat terlarut, disebut juga pelarut basa , dengan reaksi sebagai berikut:
HB + pelarut ↔ pelarut H+ + B-
Contohnya : NH4OH, amine, ketone,
aseton, dan eter.
Asam lemah bila dilarutkan dalam
pelarut protofilik maka keasamannya akan meningkat yang disebut efek
“levelling”
3)
Pelarut
protogenik
Pelarut yang bersifat memberi proton (donor
proton). Jika basa lemah dilarutkan dalam pelarit protogenik maka kebasaannya
akan menningkat.
Contohnya : HF, Asam Sulfat, asam acetat, asam format, dan HCl.
4)
Pelarut
amfiprotik
Pelarut ini bekerja sebagai penerima proton,
dan pemberi proton. Contoh untuk pelarut ini adalah golongan alkohol, air, asam
acetat glasial.
Asam acetat bisa bersifat asam dengan reaksi :
CH3COOH ↔ CH3COO- + H+
Tetapi bila asam asetat dilarutkan dalam asam
yang lebih kuat misalnya HCLO4, asam asetat bersifat basa dengan reaksi :
CH3COOH + HCLO4 ↔ CH3COOH2+ +
CLO4-
Ion CH3COOH2+ dapat
bereaksi dengan basa dengan cara memberikan proton. Maka zat yang bersifat basa
lemah akan berubah sifatnya menjadi basa yang lebih kuat, sehingga titrasi
antara basa lemah oleh HCLO4 dapat dilangsungkan bila zat tersebut
dilarutkan dalam asam asetat glasial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar